Pembangunan danau buatan, misalnya Danau Nasser di perbatasan Mesir-sudan. Pemikiran di belakang pembuatan danau dan bendungan tersebut adalah sama yakni pengendalian banjir, pembangunan instalasi listrik bertenaga air (hidroelektrik), pertanian irigasi dan mungkin pula, keuntungan lain yang kecil seperti perikanan serta aktivitas lain yang berhubungan dengan pengairan. Tetapi nyatanya banyak dari proyek tersebut kemudian mengakibatkan bahaya yang cukup tinggi bagi kesehatan, terutama yang paling serius adalah peningkatanpenyakit bilharziasis dan ochoncerciasis.
Ditemukan di Afrika dan juga Amerika Selatan, di Timur Tengah dan di Asia Timur, bilharziasis disebabkan oleh salah satu spesies pita dari genus Schistosoma yang ditularkan lewat viktor siput air. Siklus hidup dari schitosoma, yang ditularkan itu bersifat kompleks dan sulit untuk diputuskan pada titik manapun. Setelah dewasa, schitosoma berkembang biak dalam urat nadi di sekitar empedu dan usus besar manusia, telur yang telah dibuahi masuk ke urine dan kotoran manusia. Apabila telur yang telah dibuahi keluar mencapai air, mereka menetas menjadi larve yang dapat bertahan selama 6 jam. Jika larva tersebut berhungan dengan siput dari spesies yang tepat selama waktu itu, larva masuk dan berdiam dalam rumah siput selama 6 minggu, kemudian muncul dalam bentuk larva kedua, yang dapat menembus kulit setiap manusia yang mereka temui dalam air. Setelah dua bulan berada dalam perkembangan di tubuh perantara manusia, schitosoma yang kini telah dewasa itu sekali lagi menuju urat nadi di sekitar empedu dan usus besar, dimana mereka kawin, dan selanjutnya terjadi lagi siklus baru. Bilharziasis yang memiliki daya perusak, umunya bukan pembunuh. Sebaliknya mereka menyerang berbagai bagian tubuh seperti usus besar, daerah kelamin dan saluran kemih, ginjal, hati , limpa, jantung dan paru-paru, serta mengakibatkan kerusakan yang lebih parah lagi, sehingga kematian dapat dicatat sebagai salah satu dari sejumlah sebab-sebab tersebut. Bilharziasis dapat disembuhkan, tetapi pengobatannya lama dan seringkali disertai oleh efek sampingan yang tidak menyenangkan. Lagipula penyakit tersebut tidak memberikan imuitas terhadap kemungkinan terkena kembali adalah cukup tinggi.
Jumlah penderita Bilharziasis telah berkembang diseluruh dunia dan mencapai kurang lebih 200 juta jiwa. Penyebaran tersebut hampir disebabkan oleh lahan pertanian irigasi yang dimungkinkan dengan adanya bendungan besar dan waduk penyimpanan air. Pada bendungan Raksasa Nasser di Mesir, angka infeksi di kalangan anak-anak di daerah yang terkena meliputi anak-anak berumur antara 2 sampai 6 tahu, yang meningkat dari sekitar 5-25% menjadi 55-85% (Miller 1973 : 15). Hal tersebut serta pertambahan serupa yang cepat akibat pengaruh bilharziasis, bersumber pada kenyataan bahwa aliran air yang lambat dan hampir terhenti pada selokan irigasi dan sawah irigasi, merupakan lingkungan yang ideal bagi vector siput. Lewat irigasi alam merasakan suatu “kontrak ekologi” baru dimana manusia kadang merupakan pihak yang kalah.
2. Pembudidayaan tanah
Pembudidayaan tanah dan pertanian rasional yang merupakan bagian dari pembangunan lembah-lembah sungai yang membahayakan kesehatan. Pertanian sistematis di daerah pesisir Karibia merupakan kondisi ideal bagi pengembangbiakkan nyamuk Anopheles yang menularkan penyakit malaria; air yang disinari matahari akibatnya adanya persawahan padi, saluran irigasi dan genangan air, bagi nyamuk merupakan pilihan yang lebih baik daripada lingkungan alamnya sendiri. Di India Selatan terdapat perkembangbiakkan A. fluviatilisyang diikuti munculnya malaria, hal ini disebabkan pembukaan pemukiman baru didaerah perbukitan yang tak berpenghuni.
3. Pembangunan jalan raya
Beberapa penyakit yang dulu terbatas wilayahnya atau menyebar secara lambat, disebarkan kedaerah-daerah yang semula bebas penyakit, sebagai akibat dari komunikasi besar-besaran yang dimungkinkan oleh adanya jalan-jalan raya, jalur kereta api dan lalu lintas udara. Lalat tse-tse merupakan vector bagi penyakit protozoa, dengan adanya jalan baru, penyebrangan sungai merupakan tempat yang menarik para musafir untuk minum, mandi dan menyegarkan badan; disinilah letak bahaya yang mengancam mereka dari gigitan lalat tsetse dan infeksi oenyakit tidur. Tenaga-tenaga migran, yang dimungkinkan karena adanya jalan raya, memainkan peranan besar dalam penyemaian dari penyakit tersebut.
4. Urbanisasi
Migrasi penduduk desa ke daerah pemukiman miskin (slums) yang padat diperkotaan menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Di daerah miskin hampir semua Negara dunia ketiga kondisi kehidupan penduduknya amat kotor, padat dan tidak bersih. Seringkali tidak terdapat system pengadaan air, dan penyakit-penyakit yang ditularkan lewat air, terutama disentri, merupakan penyakit endemik.
Masalah-masalah kesehatan gizi di perkotaan yang semakin menarik perhatian petugas kesehatan masyarakat adalah semakin meluasnya dan berkembangnya formula makanan bayi paten di Negara berkembang. Kadang ibu yang bekerja tidak mempunyai alternative lain selain meninggalkan bayi mereka pada neneknya atau pada wanita lain dengan susu botol. Perawat yang kurang terdidik mungkin memberikan takaran susu yang kelebihan atau kekurangan air yang digunakan untuk mencampur susu dan mungkin telah terkontaminasi. Dalam ksus tersebut, yang menderita adalah si bayi.
5. Program-program kesehatan masyarakat
Sanitasi lingkungan dan program-program lain yang bertujuan untuk mengawasi penyakit, dalam kenyataanya justru dapat menjadikan situasi lebih buruk atau menggeser masalah dari suatu penyakit ke jenis penyakit yang lain. Lalu usaha-usaha untuk membujuk penduduk yang berdiam didaerah gurun agar membangun WC tidak berhasil justru kebalikannya, wc tersebut tidak dirawat dan kotor malah menyebabkan penyebaran vektor lalat berkembang biak. Padahal apabila pembuangan kotoran manusia di alam terbuka pada iklim panas seperti di gurun pasir akan cepat mengeringkan kotoran tersebut sehingga tidak menimbulkan pembiakkan lalat.
Refrensi dari buku ANTROPOLOGI KESEHATAN - Foster/Anderson
0 comment:
Posting Komentar